Sabtu, 02 Desember 2023

Koneksi antarmateri Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

 

International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee. Coaching bertujuan untuk memberdayakan dan memperbaiki kinerja yang berfokus pada menggali solusi oleh coachee.

Paradigma berpikir coaching terdiri dari

1.      Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan

Tetap fokus pada topik apa pun yang dibawa oleh coachee, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka.

2.      Bersikap terbuka dan ingin tahu

Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah: 1. berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain; 2. mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional; 3. tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.

3.      Memiliki kesadaran diri yang kuat

Mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita.

4.      Mampu melihat peluang baru dan masa depan

Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan dan mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah.

Prinsip Coaching

1.      Kemitraan

Posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah.

2.      Proses kreatif

Proses ini terjadi melalui percakapn dua arah, memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru .

3.      Memaksimalkan potensi

Dalam upaya memaksimalkan potensi, makas percakapn diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya atau dengan kesimpulan yang dibuat oleh coachee.

Kompetensi inti coaching

1.      Kehadiran Penuh/Presence

kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching

2.      Mendengarkan Aktif

Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan.

3.      Mengajukan Pertanyaan Berbobot

Pertanyaan yang mampu mendorong coachee untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikirannya, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.

Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA

T   : Tujuan, menanyakan atau menyepakati tujuan dari percakapan

I     : Identifikasi, memetakan dan menggali situasi

R   : Rencana aksi, mengembangkan ide untuk alternatif solusi/rencana aksi

TA : Tanggung jawab, komitemen terhadap rencana dan langkah selanjutnya.

Coaching untuk Supervisi Akademik merupakan upaya yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi, berfokus dan berorientasi pada solusi,agar terjadi peningkatan performa mengajar dari coachee.

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi: 1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru 2. Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu 3. Terencana 4. Reflektif 5. Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati 6. Berkesinambungan 7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik. Siklus dalam supervisi meliputi Pra-observasi, Observasi dan Pasca-observasi.

Emosi yang dirasakan pada saat mempelajari materi ini campur aduk ada rasa cemas, bahagia, kesal. Cemas yang dirasakan karena kekhawatiran tidak bisa mempelajarinya karena kondisinya dibentrokan dengan aktifitas lain yang memang menyita waktu. Bahagia karena bisa mempelajari ilmu baru dan membuka pikiran saya dengan yang namanya coaching dan mengetahui perbedaan antara mentoring, konsultasi, fasilitasi, training. Kesal karena melihat video yang terlalu banyak sementara hanya dalam waktu beberapa hari dan banyaknya kegiatan membuat saya tidak fokus untuk mempelajari video tersebut, bahkan saya merasa ngantuk, pusing, mual ketika mempelajarinya, sehingga saya harus mengakhiri sesi belajar saya saat itu.

Apa yang sudah baik dari pembelajaran kali ini saya bisa memahami mengenai paradigma berpikir coaching, prinsip coaching, kompetensi coaching dan alur percakapan TIRTA. Saya pun bisa mempraktekkannya percakapan alur TITRA dalam percakapan pemecahan masalah.

Meski demikian ada hal yang belum saya kuasai yaitu dalam coaching supervisi akademik mulai dari pra-observasi-observasi dan pasca observasi. Pada bagian-bagian tersebut saya harus mampu untuk memberikan pertanyaan berbobot yang berkaitan dengan pengembangan diri coaching, kompetensi yang ingin ditingkatkan, dan indikator tujuan. Saya pun kesulitan ketika membuat rubrik penilaian. Saya pun kesulitan untuk mempraktekkan percakapan alur TIRTA dalam percakapan perencanaa, refleksi dan kalibrasi. Hal-hal tersebut harus saya tingkatkan dengan banyak berlatih dan mempelajarinya misal dengan menanyakannya kepada yang lebih kompeten.

Kegiatan coaching bisa dilakukan untuk situasi apapun termasuk dalam pembelajaran diferensiasi dan PSE. Guru berperan penting dalam memenuhi kebutuhan belajar murid dan menciptakan well-being, oleh karena itu diperlukan praktek coaching untuk bisa mewujudkannya. Dalam pembelajaran diferensiasi yang melihat murid sesuai dengan kebutuhan belajarnya, proses coaching ini sangat diperlukan karena melalui kegiatan coaching yang dilakukan maka, guru bisa memfasilitasi kebutuhan belajar murid sehingga guru mampu menemukan potensi,dan menuntun siswa untuk terus lebih baik. Begitu pun dalam PSE, melalui coaching ini guru bisa. membangun well-being baik siswa maupun rekan guru lainnya. Selain itu teknik minfullness bisa dijadikan sebagai latihan untuk bisa menerapkan kompetensi coaching dimana coach harus mampu untuk hadir penuh dan mampu untuk menyimak dan menjadi pendengar aktif.

Kompetensi guru penggerak salah satunya adalah Pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru penggerak harus mampu mengembangkan diri dan orang lain baik itu murid maupun teman sejawat, oleh karena itu diperlukan penguasaan terhadap teknik pengembangan diri seperti coaching dalam supervisi akademik. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) murid  agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Tujuan dari coaching adalah untuk menemukan kekuatan diri dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Melalui coaching diharapkan ada peningkatan dalam kinerja dan semakin kuatnya potensi yang ada dalam diri sehingga bisa dioptimalkan.

Selama mempelajari modul ini dalam benak saya terpikir bagaimana caranya melakukan coaching pada murid dengan jumlah murid yang banyak, apakah dilakukan untuk setiap murid atau bagi mereka yang meminta mengobrol dengan kita atas permasalahannya?

Keterampilan coaching sangat diperlukan ketika kita menghadapi murid dengan karakter yang beragam. Kita bisa melakukan coaching untuk murid satu kelas yang berada di bawah tanggung jawab kita. Tapi jika ini berkaitan dengan tugas kita sebagai guru mata pelajaran, dengan jumlah murid yang banyak untuk melakukan coaching adalah sebuah tantangan. Rasanya sulit untuk melakukan coaching terhadap seluruh siswa dengan jumlah yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama. Namun, ada cara yang bisa kita lakukan misalnya dengan pendekatan personal. Pendekatan personal bisa membuka peluang murid untuk tidak segan menceritakan permasalahannya pada kita, kesempatan ini bisa dijadikan sebagai aktifitas untuk melakukan coaching. Biasanya ada beberapa murid yang ingin menceritakan kisah hidupnya, atau yang ingin mengikuti lomba atau mengobrol untuk mendapatkan pencerahan yang biasanya meminta saran. Dulu ketika mereka meminta saran, guru langsung memberikan saran. Namun, setelah mengetahui tujuan coaching maka kita bisa menggantinya dengan pendekatan coaching.

Tantangan yang ada di sekolah berkaitan dengan coaching adalah tidak semua guru memahami arti coaching, karena selama ini yang kami pahami dari coaching adalah membantu rekan sejawat dalam menyelesaikan permasalahannya dengan memberikan saran, hal ini lebih mendekati kepada mentoring. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk memiliki pandangan dan pengetahuan yang sama terhadap proses coaching yakni dengan melakukan desiminasi dalam komunitas praktisi di sekolah serta dengan memberikan contoh praktik coaching, termasuk dalam kegiatan supervisi.

Dulu supervisi tidak dilihat sebagi bagian yang tidak terpisahkan dari coaching. Supervisi yang pernah saya alami hanya sebagai bagian dari menunaikan kewajiban dalam penilaian bukan sebagai bagian kegiatan yang berkelanjutan yang memberdayakan dan menggali potensi guru.

Setelah mengetahui mengenai coaching, maka supervisi yang dilakukan harus menerapkan paradigma berpikir coaching, prinsip coaching, kompetensi coaching dengan menggunakan 3 langkah yakni pra observasi, observasi dan pasca observasi termasuk memberikan umpan balik dan refleksi.

Materi mengenai coaching tidak hanya saya dapatkan dari modul tapi juga di dapat dari PMM. Dari video PMM yang saya tonton apapun bentuk percakapannya mau itu perencanaan, refleksi, kalibrasi dan pemecahan masalah semua sama dengan menggunakan paradigma berpikir coaching dengan tujuan untuk memberdayakan potensi yang ada dalam diri murid dan mengarahkan serta menuntun murid untuk mampu menghadapi dan menemukan solusi dalam situasi apapun.