Selasa, 24 Oktober 2023

PERLAWANAN RAKYAT NUSANTARA TERHADAP PENJAJAH EROPA

LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP PENJAJAH EROPA DI NUSANTARA

           Faktor yang melatarbelakangi munculnya perlawanan dari rakyat dan kerajaan di Nusantara terhadap penjajah bangsa Eropa tidak terlepas dari adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial. Kira-kira kebijakan apa saja yang memicu perlawanan tersebut. Marilah kita baca paragraf berikutnya

a.    Kebijakan Portugis

Kedatangan Portugis yang kemudian menguasai Malaka telah memberikan pengaruh terhadap kehidupan kerajaan di Nusantara. Portugis berusaha untuk melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah. Selain itu Portugis pun menyebarkan agama Katolik. Dalam perkembangannya kedua kebijakan tersebut menimbulkan perlawanan dari kerajaan-kerajaan Islam.

Ancaman praktik monopoli serta ambisi Portugis memperluas pengaruh dan hegemoni di Jawa membuat Kesultanan Demak melakukan serangan ke Malaka pada tahun 1512 dan 1513 dan ke Sunda Kelapa pada tahun 1526 dan 1527. Dalam perkembangannya Portugis melakukan ekspansi ke wilayah Maluku. Kehadiran Portugis di Maluku pada awalnya disambut baik, namun karena kebijakan yang monopoli yang dijalankan Portugis memicu perlawanan dari rakyat dan Kesultanan Ternate karena diangga telah merugikan perekonomian rakyat. Selain itu Portugis pun bersikap arogan dan sewenang-wenang yang meruntuhkan harga diri dan martabat Kesultanan Ternate.

b.    Kebijakan VOC dan Pemerintah Kolonial Belanda

Dalam upaya menguasai nusantara Belanda menerapkan beberapa kebijakan yang sangat merugikan rakyat. Sama seperti halnya Portugis, Belanda yang pada awalnya diwakili oleh VOC melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah. Ambisi ini terus berlanjut setelah nusantara dikuasai pemerintah Belanda. Dalam upaya melancarkan tujuannya untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah, Belanda melakukan intervensi terhadap urusan internal kerajaan. Mereka berusaha untuk melakukan politik pecah belah (devide et empera) dengan memihak salah satu kubu yang bersedia dengan Belanda. Berkat strategi yang dijalankannya, akhirnya Belanda berhasil melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah kerajaan yang sebelumnya tidak dikuasai.

Ekspansi semakin diperluas ketika Belanda menjalankan kebijakan politik pintu terbuka. Kebijakan politik pintu terbuka mendorong Belanda melakukan ekspansi guna mendapatkan lahan untuk membuka perkebunan-perkebunan besar swasta asing serta memudahkan eksploitasi bahan galian mineral. Ekspansi ini mendapatkan perlawanan dari rakyat.

Perlawanan juga terjadi karena sikap Belanda yang menjadikan raja-raja dan para bangsawan sebagai bawahannya akibatnya mereka merasa adat-istiadat, kebiasaan dan aturan serta hak istimewanya tidak dihormati. Belanda pun melakukan diskriminasi terhadap penduduk pribumi dengan menjadikan penduduk pribumi sebagai golongan paling rendah (inlander) dalam status sosial pada saat itu.  Pada saat Belanda berkuasa masyarakat digolongkan menjadi

·      Golongan Eropa merupakan tingkatan tertinggi

·      Golongan kedua ditempati oleh Indo penduduk keturunan Eropa dan pribumi,

·      Golongan ketiga timur asing (Arab, Tiongkok, India)

·      Golongan keempat pribumi/inlander. Golongan ini dibedakan lagi berdasarkan aspek keturunan, pekerjaan dan pendidikan misalnya raja dan keturunannya merupakan golongan tertinggi

Pembagian golongan tersebut berpengaruh terhadap perlakuan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Selain adanya praktik diskriminasi perlawanan juga terjadi karena adanya praktik sistem tanam paksa. 

CIRI-CIRI PERLAWANAN TERHADAP PENJAJAHAN BANGSA EROPA SEBELUM ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL

1.       Bersifat lokal

Perlawanan dilakukan oleh kerajaan-kerajaan yang merasa terancam atas keberadaan Belanda, kerajaan di luar ini hanya memandang sebagai urusan internal kerajaan bersangkutan sehingga kerajaan tersebut tidak ikut campur kecuali jika diajak untuk bersekutu. Hal ini menyebabkan banyak perlawanan yang tidak berhasil.

2.       Bergantung pada pemimpin Kharismatik

Dalam perlawanan menghadapi Belanda biasanya dipimpin oleh tokok kharismatik seperti raja, bangsawan, pembesar kerajaan, pemuka agama atau rakyat biasa yang dianggap memiliki kesaktian dan pengaruh. Rakyat sangat bergantung pada pemimpin tersebut akibatnya ketika pemimpinnya tewas atau tertangkap, rakyat tidak bisa bertindak akibatnya perlawanan dihentikan.

3.       Mengandalkan kekuatan senjata

Senjata yang digunakan dalam peperangan terbatas hanya menggunakan senjata tradisional. Berbeda dengan Belanda yang telah dilengkapi dengan persenjataan yang modern pada masanya. Meskipun hanya mengandalkan senjata tradisional tapi kerap membuat Belanda kewalahan. Hal ini karena semangat yang menggelora yang dimiliki rakyat.

4.       Mudah dipecah belah

Dalam memuluskan tujuannya Belanda menggunakan salah satu senjata andalannya yakni politik devide et empera (pecah belah dan kuasai). Belanda akan dianggap musuh ketika sikapnya mengamcam keberlangsungan kekuasaan raja, namun dianggap teman ketika memerlukan bantuan untuk menaklukan saingannya. Tentu saja situasi tersebut  dimanfaatkan oleh Belanda untuk memecah belah keduanya.

Agar lebih jelas lagi yu kita tonton video berikut!

Perlawanan terhadap Portugis