Revolusi industri 4.0 membawa pengaruh yang sangat
besar dalam segala bidang kehidupan. Masyarakat sangat mudah untuk mengakses apapun.
Dengan kemudahan ini, tentu saja banyak
tantangannya jika kita tidak memfilter diri dengan baik. Imbasnya kita tidak
bisa menjadi diri sendiri. Gaya hidup-gaya hidup yang negatif bisa berpengaruh
terhadap generasi muda. Mereka melakukan itu hanya karena supaya bisa disebut
anak gaul. Mereka tidak menyadari jika kehidupan seperti itu sudah membuat dirinya
menjadi orang lain. Ini lah yang sangat ditakutkan ketika kita sudah kehilangan
jati diri, ketika kita sudah tidak mengenal corak kita sendiri, tidak mengenal
potensi yang ada dalam diri.
Ketika saya mengajar, saya sering memperhatikan para siswa yang memiliki ingrup, masing-masing individu ingin sama dengan ingrupnya. Saya yakin diantara satu dari anggota grup itu, ada yang tidak suka dengan gaya tersebut, tapi karena dituntut untuk kompak, dia berusaha untuk sama dengan grupnya. Apakah dengan kita menjadi orang lain kita akan mendapatkan kebahagiaan? Silahkan jawab dengan jujur.
Hidup di
dalam sebuah grup tidaklah dilarang tapi tetaplah menjadi diri kamu sendiri.
Kamu tidak perlu meniru-niru gaya orang lain. Begitu pula ketika kamu ingin
berprestasi kamu tidak perlu meniru prestasi yang telah dicapai orang lain,
karena prestasi yang kamu miliki belum tentu sama. Ada orang yang berprestasi
dalam bidang olahraga, paduan suara, pidato, desain, puisi dan sebagainya.
Coba kalau
kita kaji sebuah ayat Al Qur’an surat Az-Zariyat 21
Berdasarkan ayat tersebut, manusia memiliki potensinya
masing-masing. Baik itu potensi fisik, potensi perilaku, etos kerja maupun
potensi kecerdasan.
1.
Potensi
fisik berupa panca indera, tubuh yang gagah, wajah yang sempurna dan hal-hal
lainnya yang berkaitan dengan fisik manusia.
2.
Potensi
perilaku, potensi ini terbagi menjadi dua yakni perilaku positif dan perilaku
negatif. Perilaku-perilaku negatif sebisa mungkin harus dihindari tapi jika
belum bisa maka kurangilah.
3.
Etos
kerja, individu akan memiliki etos kerjanya masing-masing. Peliharalah etos
kerja yang kamu miliki sehingga kamu bisa memaksimalkan potensi untuk kehidupan
yang lebih baik.
4.
Potensi
kecerdasan, kecerdasan ini bermacam-macam, kecerdasan emosional (EQ),
kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan dalam menghadapi kesulitan hidup
(Adversitas Quotient). Sementara itu, Howard Gardner membagi kecerdasan menjadi
8 yaitu kecerdasan verbal-linguistik (bahasa), kecerdasan logis-mathematis,
kecerdasan visual-spatial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis.
Manakah
diantara 8 kecerdasan tersebut yang kamu miliki? Kecerdasan emosi, spiritual
dan adversitas adalah kecerdasan yang harus kamu kelola dengan baik karena ini
yang akan menjadi pondasi untuk kamu bisa mengelola potensimu dengan maksimal. Kamu
hanya perlu menggalinya. Potensi yang kamu miliki akan tumbuh dengan maksimal
manakala kamu menjadi diri kamu sendiri.
Pernahkah
kamu mendengar sebuah cerita atau menonton film yang berkisah tentang seorang
manusia yang diasuh oleh srigala? Apa yang terjadi pada manusia tersebut? Ia
berprilaku seperti srigala, potensinya sebagai manusia tidaklah muncul. Hal ini
terjadi karena orang itu hidup menjadi srigala. Dia tidak akan bisa berbicara,
menulis atau pun membaca. Dia hanya bisa mencari mangsa dan memakannya seperti
layaknya srigala makan. Begitupun dengan
cara dia berjalan.
Itu pula
yang akan terjadi dengan dirimu, jika
kamu terus meniru gaya orang lain, kamu tidak akan pernah menemukan potensimu dengan
baik. Ada dua kemungkinan jika kamu meniru orang lain pertama menjadi lebih
baik dari orang yang kamu tiru atau yang kedua menjadi hancur. Mulai sekarang
galilah potensi dalam dirimu dan jadilah diri sendiri. Menjadi diri sendiri itu
lebih bahagia daripada kamu menjadi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar