LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP PENJAJAH EROPA DI NUSANTARA
Faktor yang melatarbelakangi munculnya perlawanan dari rakyat dan kerajaan di Nusantara terhadap penjajah bangsa Eropa tidak terlepas dari adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial. Kira-kira kebijakan apa saja yang memicu perlawanan tersebut. Marilah kita baca paragraf berikutnya
a.
Kebijakan Portugis
Kedatangan Portugis yang kemudian menguasai Malaka telah memberikan
pengaruh terhadap kehidupan kerajaan di Nusantara. Portugis berusaha untuk
melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah. Selain itu Portugis pun menyebarkan
agama Katolik. Dalam perkembangannya kedua kebijakan tersebut menimbulkan
perlawanan dari kerajaan-kerajaan Islam.
Ancaman praktik monopoli serta ambisi Portugis memperluas pengaruh dan hegemoni
di Jawa membuat Kesultanan Demak melakukan serangan ke Malaka pada tahun 1512
dan 1513 dan ke Sunda Kelapa pada tahun 1526 dan 1527. Dalam perkembangannya
Portugis melakukan ekspansi ke wilayah Maluku. Kehadiran Portugis di Maluku
pada awalnya disambut baik, namun karena kebijakan yang monopoli yang
dijalankan Portugis memicu perlawanan dari rakyat dan Kesultanan Ternate karena
diangga telah merugikan perekonomian rakyat. Selain itu Portugis pun bersikap
arogan dan sewenang-wenang yang meruntuhkan harga diri dan martabat Kesultanan
Ternate.
b.
Kebijakan VOC dan Pemerintah Kolonial Belanda
Dalam upaya menguasai nusantara Belanda menerapkan beberapa kebijakan
yang sangat merugikan rakyat. Sama seperti halnya Portugis, Belanda yang pada
awalnya diwakili oleh VOC melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah. Ambisi
ini terus berlanjut setelah nusantara dikuasai pemerintah Belanda. Dalam upaya
melancarkan tujuannya untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah, Belanda
melakukan intervensi terhadap urusan internal kerajaan. Mereka berusaha untuk
melakukan politik pecah belah (devide et empera) dengan memihak salah satu kubu
yang bersedia dengan Belanda. Berkat strategi yang dijalankannya, akhirnya
Belanda berhasil melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah kerajaan yang sebelumnya
tidak dikuasai.
Ekspansi semakin diperluas ketika Belanda menjalankan kebijakan politik
pintu terbuka. Kebijakan politik pintu terbuka mendorong Belanda melakukan
ekspansi guna mendapatkan lahan untuk membuka perkebunan-perkebunan besar
swasta asing serta memudahkan eksploitasi bahan galian mineral. Ekspansi ini
mendapatkan perlawanan dari rakyat.
Perlawanan juga terjadi karena sikap Belanda yang menjadikan raja-raja
dan para bangsawan sebagai bawahannya akibatnya mereka merasa adat-istiadat,
kebiasaan dan aturan serta hak istimewanya tidak dihormati. Belanda pun
melakukan diskriminasi terhadap penduduk pribumi dengan menjadikan penduduk
pribumi sebagai golongan paling rendah (inlander) dalam status sosial pada saat
itu. Pada saat Belanda berkuasa
masyarakat digolongkan menjadi
·
Golongan Eropa merupakan tingkatan tertinggi
·
Golongan kedua ditempati oleh Indo penduduk
keturunan Eropa dan pribumi,
·
Golongan ketiga timur asing (Arab, Tiongkok,
India)
·
Golongan keempat pribumi/inlander. Golongan ini
dibedakan lagi berdasarkan aspek keturunan, pekerjaan dan pendidikan misalnya raja
dan keturunannya merupakan golongan tertinggi
Pembagian golongan tersebut berpengaruh terhadap perlakuan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Selain adanya praktik diskriminasi perlawanan juga terjadi karena adanya praktik sistem tanam paksa.
CIRI-CIRI PERLAWANAN TERHADAP PENJAJAHAN BANGSA EROPA SEBELUM
ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL
1.
Bersifat lokal
Perlawanan dilakukan oleh kerajaan-kerajaan
yang merasa terancam atas keberadaan Belanda, kerajaan di luar ini hanya
memandang sebagai urusan internal kerajaan bersangkutan sehingga kerajaan
tersebut tidak ikut campur kecuali jika diajak untuk bersekutu. Hal ini menyebabkan
banyak perlawanan yang tidak berhasil.
2.
Bergantung pada pemimpin Kharismatik
Dalam perlawanan menghadapi Belanda
biasanya dipimpin oleh tokok kharismatik seperti raja, bangsawan, pembesar
kerajaan, pemuka agama atau rakyat biasa yang dianggap memiliki kesaktian dan
pengaruh. Rakyat sangat bergantung pada pemimpin tersebut akibatnya ketika
pemimpinnya tewas atau tertangkap, rakyat tidak bisa bertindak akibatnya
perlawanan dihentikan.
3.
Mengandalkan kekuatan senjata
Senjata yang digunakan dalam peperangan
terbatas hanya menggunakan senjata tradisional. Berbeda dengan Belanda yang
telah dilengkapi dengan persenjataan yang modern pada masanya. Meskipun hanya
mengandalkan senjata tradisional tapi kerap membuat Belanda kewalahan. Hal ini
karena semangat yang menggelora yang dimiliki rakyat.
4.
Mudah dipecah belah
Dalam memuluskan tujuannya Belanda
menggunakan salah satu senjata andalannya yakni politik devide et empera (pecah
belah dan kuasai). Belanda akan dianggap musuh ketika sikapnya mengamcam
keberlangsungan kekuasaan raja, namun dianggap teman ketika memerlukan bantuan
untuk menaklukan saingannya. Tentu saja situasi tersebut dimanfaatkan oleh Belanda untuk memecah belah
keduanya.
Agar lebih jelas lagi yu kita tonton video berikut!