International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee. Coaching bertujuan untuk memberdayakan dan memperbaiki kinerja yang berfokus pada menggali solusi oleh coachee.
Paradigma
berpikir coaching terdiri dari
1. Fokus
pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
Tetap
fokus pada topik apa pun yang dibawa oleh coachee, dapat membawa kemajuan pada
mereka, sesuai keinginan mereka.
2. Bersikap
terbuka dan ingin tahu
Ciri-ciri
dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah: 1. berusaha untuk tidak
menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain; 2.
mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional;
3. tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang
membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.
3. Memiliki
kesadaran diri yang kuat
Mampu
menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik
dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita.
4. Mampu
melihat peluang baru dan masa depan
Coaching
mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan dan mendorong seseorang untuk
fokus pada solusi, bukan pada masalah.
Prinsip
Coaching
1. Kemitraan
Posisi
coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang
lebih tinggi maupun lebih rendah.
2. Proses
kreatif
Proses
ini terjadi melalui percakapn dua arah, memicu proses berpikir coachee,
memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru .
3. Memaksimalkan
potensi
Dalam
upaya memaksimalkan potensi, makas percakapn diakhiri dengan suatu rencana
tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin
dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya atau dengan kesimpulan yang
dibuat oleh coachee.
Kompetensi
inti coaching
1. Kehadiran
Penuh/Presence
kemampuan
untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai
coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan
percakapan coaching
2. Mendengarkan
Aktif
Kemampuan
mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan
oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan.
3. Mengajukan
Pertanyaan Berbobot
Pertanyaan
yang mampu mendorong coachee untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikirannya,
memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan
emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat
sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
Percakapan
Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA
T : Tujuan, menanyakan atau
menyepakati tujuan dari percakapan
I
: Identifikasi, memetakan
dan menggali situasi
R
: Rencana aksi, mengembangkan
ide untuk alternatif solusi/rencana aksi
TA : Tanggung jawab, komitemen
terhadap rencana dan langkah selanjutnya.
Coaching untuk Supervisi Akademik merupakan upaya yang dilakukan secara berkelanjutan
dalam rangka meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran yang
dilakukan secara kolaborasi, berfokus dan berorientasi pada solusi,agar terjadi
peningkatan performa mengajar dari coachee.
Beberapa
prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:
1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru 2. Konstruktif:
bertujuan mengembangkan kompetensi individu 3. Terencana 4. Reflektif 5.
Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati 6.
Berkesinambungan 7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi
akademik. Siklus dalam supervisi meliputi Pra-observasi, Observasi dan
Pasca-observasi.
Emosi
yang dirasakan pada saat mempelajari materi ini campur aduk ada rasa cemas,
bahagia, kesal. Cemas yang dirasakan karena kekhawatiran tidak bisa
mempelajarinya karena kondisinya dibentrokan dengan aktifitas lain yang memang
menyita waktu. Bahagia karena bisa mempelajari ilmu baru dan membuka pikiran
saya dengan yang namanya coaching dan mengetahui perbedaan antara mentoring, konsultasi,
fasilitasi, training. Kesal karena melihat video yang terlalu banyak sementara
hanya dalam waktu beberapa hari dan banyaknya kegiatan membuat saya tidak fokus
untuk mempelajari video tersebut, bahkan saya merasa ngantuk, pusing, mual
ketika mempelajarinya, sehingga saya harus mengakhiri sesi belajar saya saat
itu.
Apa
yang sudah baik dari pembelajaran kali ini saya bisa memahami mengenai paradigma
berpikir coaching, prinsip coaching, kompetensi coaching dan alur percakapan
TIRTA. Saya pun bisa mempraktekkannya percakapan alur TITRA dalam percakapan
pemecahan masalah.
Meski
demikian ada hal yang belum saya kuasai yaitu dalam coaching supervisi akademik
mulai dari pra-observasi-observasi dan pasca observasi. Pada bagian-bagian
tersebut saya harus mampu untuk memberikan pertanyaan berbobot yang berkaitan
dengan pengembangan diri coaching, kompetensi yang ingin ditingkatkan, dan
indikator tujuan. Saya pun kesulitan ketika membuat rubrik penilaian. Saya pun
kesulitan untuk mempraktekkan percakapan alur TIRTA dalam percakapan
perencanaa, refleksi dan kalibrasi. Hal-hal tersebut harus saya tingkatkan dengan
banyak berlatih dan mempelajarinya misal dengan menanyakannya kepada yang lebih
kompeten.
Kegiatan
coaching bisa dilakukan untuk situasi apapun termasuk dalam pembelajaran
diferensiasi dan PSE. Guru berperan penting dalam memenuhi kebutuhan belajar
murid dan menciptakan well-being, oleh karena itu diperlukan praktek coaching
untuk bisa mewujudkannya. Dalam pembelajaran diferensiasi yang melihat murid
sesuai dengan kebutuhan belajarnya, proses coaching ini sangat diperlukan
karena melalui kegiatan coaching yang dilakukan maka, guru bisa memfasilitasi
kebutuhan belajar murid sehingga guru mampu menemukan potensi,dan menuntun siswa
untuk terus lebih baik. Begitu pun dalam PSE, melalui coaching ini guru bisa.
membangun well-being baik siswa maupun rekan guru lainnya. Selain itu teknik
minfullness bisa dijadikan sebagai latihan untuk bisa menerapkan kompetensi
coaching dimana coach harus mampu untuk hadir penuh dan mampu untuk menyimak
dan menjadi pendengar aktif.
Kompetensi
guru penggerak salah satunya adalah Pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin
pembelajaran, guru penggerak harus mampu mengembangkan diri dan orang lain baik
itu murid maupun teman sejawat, oleh karena itu diperlukan penguasaan terhadap
teknik pengembangan diri seperti coaching dalam supervisi akademik. Keterampilan
coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat
(potensi) murid agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Tujuan
dari coaching adalah untuk menemukan kekuatan diri dan peran pendidik sebagai
‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid
tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.
Melalui coaching diharapkan ada peningkatan dalam kinerja dan semakin kuatnya
potensi yang ada dalam diri sehingga bisa dioptimalkan.
Selama
mempelajari modul ini dalam benak saya terpikir bagaimana caranya melakukan
coaching pada murid dengan jumlah murid yang banyak, apakah dilakukan untuk
setiap murid atau bagi mereka yang meminta mengobrol dengan kita atas permasalahannya?
Keterampilan
coaching sangat diperlukan ketika kita menghadapi murid dengan karakter yang
beragam. Kita bisa melakukan coaching untuk murid satu kelas yang berada di
bawah tanggung jawab kita. Tapi jika ini berkaitan dengan tugas kita sebagai
guru mata pelajaran, dengan jumlah murid yang banyak untuk melakukan coaching
adalah sebuah tantangan. Rasanya sulit untuk melakukan coaching terhadap seluruh
siswa dengan jumlah yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama. Namun, ada
cara yang bisa kita lakukan misalnya dengan pendekatan personal. Pendekatan
personal bisa membuka peluang murid untuk tidak segan menceritakan
permasalahannya pada kita, kesempatan ini bisa dijadikan sebagai aktifitas
untuk melakukan coaching. Biasanya ada beberapa murid yang ingin menceritakan
kisah hidupnya, atau yang ingin mengikuti lomba atau mengobrol untuk
mendapatkan pencerahan yang biasanya meminta saran. Dulu ketika mereka meminta
saran, guru langsung memberikan saran. Namun, setelah mengetahui tujuan coaching
maka kita bisa menggantinya dengan pendekatan coaching.
Tantangan
yang ada di sekolah berkaitan dengan coaching adalah tidak semua guru memahami
arti coaching, karena selama ini yang kami pahami dari coaching adalah membantu
rekan sejawat dalam menyelesaikan permasalahannya dengan memberikan saran, hal
ini lebih mendekati kepada mentoring. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk memiliki
pandangan dan pengetahuan yang sama terhadap proses coaching yakni dengan
melakukan desiminasi dalam komunitas praktisi di sekolah serta dengan
memberikan contoh praktik coaching, termasuk dalam kegiatan supervisi.
Dulu
supervisi tidak dilihat sebagi bagian yang tidak terpisahkan dari coaching.
Supervisi yang pernah saya alami hanya sebagai bagian dari menunaikan kewajiban
dalam penilaian bukan sebagai bagian kegiatan yang berkelanjutan yang
memberdayakan dan menggali potensi guru.
Setelah
mengetahui mengenai coaching, maka supervisi yang dilakukan harus menerapkan
paradigma berpikir coaching, prinsip coaching, kompetensi coaching dengan
menggunakan 3 langkah yakni pra observasi, observasi dan pasca observasi termasuk
memberikan umpan balik dan refleksi.
Materi
mengenai coaching tidak hanya saya dapatkan dari modul tapi juga di dapat dari
PMM. Dari video PMM yang saya tonton apapun bentuk percakapannya mau itu
perencanaan, refleksi, kalibrasi dan pemecahan masalah semua sama dengan
menggunakan paradigma berpikir coaching dengan tujuan untuk memberdayakan
potensi yang ada dalam diri murid dan mengarahkan serta menuntun murid untuk
mampu menghadapi dan menemukan solusi dalam situasi apapun.